Lompat ke konten Lompat ke sidebar Lompat ke footer

Kontroversi dan Ketidakadilan: Persyaratan Wajib Scopus dalam Memperoleh Gelar Profesor

 Kontroversi dan Ketidakadilan: Persyaratan Wajib Scopus dalam Memperoleh Gelar Profesor

Dalam dunia akademik, pengakuan sebagai seorang profesor merupakan pencapaian tertinggi yang diinginkan oleh banyak dosen. Profesor adalah gelar yang menandakan keunggulan dalam penelitian, pengajaran, dan kontribusi signifikan terhadap bidang ilmu tertentu. Namun, beberapa perubahan baru-baru ini dalam persyaratan promosi dan kenaikan pangkat (DUPAK) telah menimbulkan polemik di kalangan akademisi. Salah satu persyaratan kontroversial adalah pengharusan memasukkan jurnal ke dalam basis data Scopus. Artikel ini akan mengeksplorasi dan menganalisis polemik terkait persyaratan wajib DUPAK yang menuntut peneliti untuk mempublikasikan jurnal di Scopus untuk memperoleh gelar profesor.


Sistem penilaian kinerja dosen melalui DUPAK adalah bagian penting dari proses karier akademik. Namun, beberapa perguruan tinggi mulai memperkenalkan persyaratan kontroversial yang menuntut dosen untuk mempublikasikan jurnal mereka di basis data Scopus sebagai syarat wajib untuk memperoleh gelar profesor. Pendukung persyaratan ini berargumen bahwa publikasi di Scopus menunjukkan kualitas penelitian yang tinggi dan internasional. Namun, ada juga pendapat yang berpendapat bahwa persyaratan ini tidak relevan dan tidak adil. Artikel ini akan memperkenalkan dan menganalisis berbagai argumen yang ada dalam polemik ini.


Argumen Pro:

Para pendukung persyaratan wajib memasukkan jurnal di Scopus berpendapat bahwa ini adalah langkah yang penting untuk meningkatkan kualitas penelitian dan reputasi perguruan tinggi. Publikasi di Scopus dianggap sebagai indikator internasional yang diakui secara luas dalam penelitian ilmiah. Persyaratan ini juga mendorong peneliti untuk melakukan penelitian yang berkualitas tinggi dan memperluas jejaring akademik internasional mereka. Selain itu, publikasi di Scopus membantu meningkatkan visibilitas peneliti dan institusi, serta memberikan manfaat dalam hal pembiayaan dan kerjasama penelitian.


Argumen Kontra:

Pihak yang menentang persyaratan wajib Scopus mengemukakan beberapa alasan. Pertama, basis data Scopus terbatas pada disiplin ilmu tertentu dan mungkin tidak mencakup semua bidang penelitian. Hal ini dapat menyebabkan ketidakadilan bagi peneliti di bidang-bidang non-Scopus. Selain itu, terdapat biaya yang tinggi yang terkait dengan publikasi di jurnal Scopus, seperti biaya penerbitan, biaya akses terbuka, dan biaya langganan. Persyaratan ini juga dapat membatasi kebebasan akademik peneliti dengan memaksa mereka untuk mempertimbangkan publikasi hanya di jurnal Scopus. Selain itu, ada juga kekhawatiran bahwa fokus terlalu besar pada faktor bibliometrik seperti indeksasi Scopus dapat mengabaikan kualitas penelitian secara keseluruhan. Aspek penting lainnya dari karier akademik seperti pengajaran, pengabdian masyarakat, dan kontribusi dalam pengembangan ilmu juga mungkin terabaikan.


Alternatif dan Solusi:

Untuk meredakan polemik terkait persyaratan wajib Scopus, ada beberapa alternatif dan solusi yang bisa dipertimbangkan. Pertama, pengakuan terhadap publikasi di jurnal non-Scopus sebaiknya diperluas untuk mencakup berbagai basis data dan jurnal terakreditasi lainnya yang relevan dengan bidang penelitian. Hal ini akan memastikan bahwa peneliti dari berbagai disiplin ilmu memiliki kesempatan yang adil untuk memperoleh gelar profesor.


Selain itu, pendekatan holistik dalam penilaian kinerja akademik harus diterapkan. Faktor-faktor lain seperti keberhasilan dalam pengajaran, pengabdian kepada masyarakat, kolaborasi internasional, dan kontribusi dalam pengembangan ilmu juga harus diberikan perhatian yang layak.


Perguruan tinggi dan lembaga akademik dapat bekerja sama untuk menyusun kriteria promosi dan kenaikan pangkat yang seimbang, mencerminkan kompleksitas dan keberagaman bidang penelitian. Evaluasi oleh para ahli dan komite yang terdiri dari berbagai disiplin ilmu juga dapat membantu dalam menilai kualitas dan dampak penelitian.


Polemik terkait persyaratan wajib memasukkan jurnal di Scopus untuk memperoleh gelar profesor masih menjadi perdebatan di kalangan akademisi. Sementara para pendukung menekankan pada kualitas penelitian dan reputasi internasional, pihak yang menentang melihat adanya ketidakadilan dan keterbatasan dalam pendekatan ini. Solusi yang seimbang dapat ditemukan dengan memperluas pengakuan terhadap publikasi di berbagai basis data dan jurnal terakreditasi lainnya, serta memperhatikan faktor-faktor lain dalam penilaian kinerja akademik. Dalam menghadapi perubahan yang cepat dalam dunia penelitian, upaya terus-menerus untuk menyempurnakan sistem evaluasi dan promosi akademik sangat penting untuk memastikan keadilan, kualitas, dan keberagaman dalam dunia akademik.


Posting Komentar untuk "Kontroversi dan Ketidakadilan: Persyaratan Wajib Scopus dalam Memperoleh Gelar Profesor"