Bagaimana Mutu Lulusan Siswa Tahun 2022 dan 2023 setelah UN di Hapus ?! meningkat atau Tambah Anjlok
Apa tanggapan sobat cara mudah, tak perlu melihat secara global di Indonesia, cukup di sekolah sobat, apakah anak-anak semakin bersemangat ? bagaimana dengan gurunya apakah semakin fahan tujuan apa yang harus diajarkan dan bagaimana mengajar yang baik? apa pendapat bapak ibu guru tentang mutu lulusan siswa tahun ini ? silakan tulis di komentar.
Pada tahun 2021, pemerintah Indonesia memutuskan untuk menghapus Ujian Nasional (UN) sebagai syarat kelulusan siswa. Hal ini diumumkan oleh Menteri Pendidikan, Nadiem Makarim pada 21 Oktober 2020. Penghapusan UN ini menuai beragam tanggapan dan pro kontra dari masyarakat dan para ahli pendidikan. Salah satu isu yang dibahas adalah dampak penghapusan UN terhadap mutu lulusan sekolah di Indonesia.
Sejak pertama kali diberlakukan pada tahun 1975, UN telah menjadi indikator kualitas pendidikan di Indonesia. UN berfungsi sebagai alat ukur kemampuan siswa dalam menyerap dan menguasai materi pelajaran serta sebagai indikator kualitas pendidikan di setiap daerah. Namun, seiring berjalannya waktu, UN juga menjadi sumber kekhawatiran karena banyak siswa yang hanya fokus pada memperoleh nilai tinggi dan kurang fokus pada penguasaan materi.
Dampak pertama yang muncul setelah penghapusan UN adalah penurunan kualitas lulusan sekolah. Dalam sebuah wawancara, Ketua Umum Persatuan Guru Republik Indonesia (PGRI) Unifah Rosyidi menyatakan kekhawatirannya tentang penghapusan UN. Ia menyatakan bahwa UN merupakan alat ukur penting untuk menilai kemampuan siswa dan menentukan kualitas pendidikan di setiap daerah. Dengan hilangnya UN, guru dan siswa tidak memiliki acuan yang jelas tentang standar mutu pendidikan yang harus dicapai.
Selain itu, banyak guru yang merasa kesulitan dalam mengevaluasi kemampuan siswa tanpa UN. Sebelumnya, UN menjadi acuan untuk menilai kemampuan siswa dalam menguasai materi pelajaran. Dengan adanya UN, guru dapat mengukur sejauh mana kemampuan siswa dalam menguasai materi yang diajarkan. Tanpa UN, guru harus mencari alternatif lain untuk mengevaluasi kemampuan siswa dalam menguasai materi. Hal ini dapat mengakibatkan kesulitan dalam penentuan nilai siswa dan pengambilan keputusan terkait kelulusan.
Dampak kedua dari penghapusan UN adalah kurangnya standar nasional dalam menentukan kualitas pendidikan. UN sebelumnya menjadi acuan untuk menentukan standar nasional dalam menentukan kualitas pendidikan. Setiap sekolah harus memenuhi standar yang telah ditentukan dalam UN agar siswa dapat lulus dengan baik. Namun, dengan hilangnya UN, standar nasional dalam menentukan kualitas pendidikan menjadi kabur.
Dampak ketiga dari penghapusan UN adalah terjadinya perbedaan standar penilaian di setiap daerah. Sebelumnya, UN menjadi alat ukur yang sama di seluruh Indonesia. Namun, dengan penghapusan UN, setiap daerah dapat memiliki standar penilaian yang berbeda. Hal ini dapat menyebabkan ketidakadilan dalam penentuan kelulusan siswa di setiap daerah.
Meskipun demikian, penghapusan UN juga memiliki dampak positif terhadap pendidikan di Indonesia. Salah satu dampak positifnya adalah adanya kebebasan bagi sekolah dalam menentukan kurikulum yang sesuai dengan karakteristik dan kebutuhan siswa di lingkungan sekitarnya. Hal ini dapat mendorong terciptanya kurikulum yang lebih relevan dengan kebutuhan siswa dan masyarakat di daerah tersebut. Selain itu, penghapusan UN juga dapat memotivasi siswa untuk belajar bukan hanya untuk mendapatkan nilai tinggi, tetapi untuk memperoleh pemahaman yang lebih dalam terhadap materi pelajaran.
Untuk mengatasi dampak negatif penghapusan UN terhadap mutu lulusan sekolah, diperlukan upaya-upaya untuk meningkatkan standar kualitas pendidikan di Indonesia. Salah satu solusinya adalah dengan meningkatkan kualitas guru. Guru yang berkualitas akan mampu memberikan pengajaran yang lebih baik dan membimbing siswa untuk memperoleh pemahaman yang lebih mendalam terhadap materi pelajaran. Selain itu, diperlukan juga upaya untuk meningkatkan kurikulum dan metode pembelajaran yang relevan dengan kebutuhan siswa dan masyarakat di lingkungan sekitarnya.
Selain itu, penggunaan evaluasi alternatif yang lebih efektif dan efisien dapat membantu dalam menentukan kemampuan siswa dan kualitas pendidikan di setiap daerah. Evaluasi alternatif seperti ujian kompetensi, portofolio, dan penugasan dapat digunakan sebagai pengganti UN. Evaluasi alternatif ini dapat memberikan gambaran yang lebih jelas tentang kemampuan siswa dalam menguasai materi pelajaran.
Pemerintah juga perlu melakukan pemantauan dan evaluasi terhadap kualitas pendidikan di setiap daerah secara berkala. Hal ini dapat membantu dalam menentukan kebijakan-kebijakan yang tepat untuk meningkatkan mutu lulusan sekolah di Indonesia. Pemerintah juga dapat memberikan dukungan dan sumber daya yang cukup untuk meningkatkan kualitas pendidikan di setiap daerah.
Dalam kesimpulan, penghapusan UN sebagai syarat kelulusan siswa di Indonesia memiliki dampak yang kompleks terhadap mutu lulusan sekolah. Meskipun memiliki dampak negatif, penghapusan UN juga dapat memberikan kebebasan bagi sekolah dalam menentukan kurikulum yang lebih relevan dengan kebutuhan siswa dan masyarakat di lingkungan sekitarnya. Untuk mengatasi dampak negatifnya, diperlukan upaya-upaya untuk meningkatkan kualitas guru, meningkatkan kurikulum dan metode pembelajaran yang relevan, serta menggunakan evaluasi alternatif yang lebih efektif dan efisien. Pemerintah juga perlu melakukan pemantauan dan evaluasi terhadap kualitas pendidikan di setiap daerah secara berkala. Dengan adanya upaya-upaya ini, diharapkan mutu lulusan sekolah di Indonesia dapat meningkat dan dapat bersaing di tingkat nasional maupun internasional.
Silakan sumbangkan tanggapan bapak ibu guru untuk arah pendidikan yang lebih baik di kolom komentar, jangan lupa klik ikuti blog bagi yang belum bergabung dibagian atas toolbar.
Posting Komentar untuk "Bagaimana Mutu Lulusan Siswa Tahun 2022 dan 2023 setelah UN di Hapus ?! meningkat atau Tambah Anjlok"
Silakan berkomentar yang santun